♥I promise to be your best friend♥

Friday, March 19, 2010

berhentilah menjadi gelas...

Seorang guru sufi mendatangi seorang
muridnya ketika wajahnya belakangan ini
selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah
banyak hal yang indah di dunia ini? Ke
mana perginya wajah bersyukurmu? " sang
Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh
masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak
ada habis-habisnya, " jawab sang murid muda.



Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas
air dan dua genggam garam. Bawalah
kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu
itu." Si murid pun beranjak pelan tanpa
semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa
gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan
masukkan ke segelas air itu," kata Sang
Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya
sedikit." Si murid pun melakukannya.
Wajahnya kini meringis karena meminum
air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si
murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah
muridnya yang meringis keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru
membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang
tersisa, dan tebarkan ke danau." Si
murid menebarkan segenggam garam yang
tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa
asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin
meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi
tak dilakukannya. Rasanya tak sopan
meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau
itu," kata Sang Guru sambil mencari batu
yang cukup datar untuk didudukinya,
tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya,
mengambil air danau, dan membawanya ke
mulutnya lalu meneguknya. Ketika air
danau yang dingin dan segar mengalir di
tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid
sambil mengelap bibirnya dengan punggung
tangannya. Tentu saja, danau ini berasal
dari aliran sumber air di atas sana. Dan
airnya mengalir menjadi sungai kecil di
bawah. Dan sudah pasti, air danau ini
juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan
tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid
sambil mengambil air dan meminumnya
lagi. Sang Guru hanya tersenyum
memperhatikannya, membiarkan muridnya
itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya
selesai minum. "Segala masalah dalam
hidup itu seperti segenggam garam. Tidak
kurang, tidak lebih. Hanya segenggam
garam. Banyaknya masalah dan penderitaan
yang harus kau alami sepanjang
kehidupanmu itu sudah dikadar oleh
Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya
tetap, segitu-segitu saja, tidak
berkurang dan tidak bertambah. Setiap
manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia,
walaupun dia seorang Nabi, yang bebas
dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan
yang dialami itu sangat tergantung dari
besarnya 'qalbu'(hati) yang
menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak
merasa menderita, berhentilah jadi
gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar danau."


No comments:

Post a Comment